Berikut ini adalah artikel pada buletin saku edisi 08.
Para pembaca rahimakumullah, junjungan kita baginda nabi Muhammad pernah bersabda:
صَلُّوْا كَمَا رَأَيْتُمُوُنِيْ أُصَلِّيْ
“Shalatlah kalian sebagaimana melihat aku shalat.” (HR. al-Bukhari no. 605, dari sahabat Malik bin al-Huwairits)
Hadits di atas merupakan landasan utama bagi umat Islam dalam meneladani ibadah shalat yang dilakukan oleh Rasulullah. Demikian pula dalam ibadah-ibadah yang lainnya, karena syarat diterimanya sebuah ibadah selain niat yang ikhlas juga harus sesuai contoh yang dibimbingkan oleh Nabi. Abu Hurairah menceritakan bahwa ada seseorang shalat di masjid yang saat itu Rasulullah berada di dalamnya. Seusai shalat, orang itu menemui beliau, kemudian beliau memerintahkannya untuk mengulangi kembali shalatnya. Lalu orang tersebut mengulangi shalatnya, ternyata nabi kembali memerintahkan orang tersebut untuk mengulangi shalatnya, hingga peristiwa tersebut terulang tiga kali. Akhirnya orang tersebut meminta kepada Nabi agar diajarkan sifat shalat yang benar, kemudian Nabi mengajarinya. (Lihat Shahih al-Bukhari no. 793 dan Shahih Muslim no. 397)
Maka pada pembahasan kali ini kita akan mencoba untuk menyebutkan kaifiyah/tata cara shalat sebagaiamana nabi mengerjakannya.
Para pembaca rahimakumullah, di sini akan dijelaskan kaifiyah/tata cara shalat 4 rakaat seperti shalat dhuhur, ashar dan ‘isya. Adapun shalat yang lain maka pelaksanaannya sama dengan yang 4 rakaat, hanya saja dikerjakan 2 rakaat seperti shalat shubuh, atau 3 rakaat seperti shalat maghrib.
Sebelum mengerjakan shalat, jangan lupa menjadikan sutrah (pembatas) di hadapan kita. Beliau bersabda:
“ Janganlah engkau shalat kecuali dengan menghadap sutrah.” (HR. Ibnu Khuzaimah no. 800)
Rasulullah bersabda,
“Hanyalah amal itu tergantung dengan niat dan setiap orang hanyalah memperoleh apa yang ia niatkan.” (HR. al-Bukhari no. 54 dan Muslim no. 4904)
al-Imam an-Nawawi asy-Syafi’i berkata, “Niat adalah maksud.” Maka orang yang hendak shalat menghadirkan dalam benaknya shalat yang akan dikerjakan dan sifat shalat yang wajib ditunaikannya, seperti shalat zhuhur sebagai shalat fardhu dan selainnya, kemudian ia menggandengkan maksud tersebut dengan awal takbir.” (Raudhatuth Thalibin, 1/243-244)
Bimbingan Rasulullah dalam hal niat adalah tidak melafazhkannya. Tidak disebutkan dalam sebuah hadits shahih pun bahwa Rasulullah melafazhkan niat dalam shalat. Karena niat itu letaknya di dalam hati. Demikian pula yang diterapkan oleh para Khulafa’ur Rasyidin dan para sahabatnya. Tidak ada seorang pun dari para sahabat Rasulullah yang melafazhkan niat.
“ Bila engkau hendak berdiri untuk shalat maka sempurnakanlah wudhumu kemudian menghadaplah ke kiblat dan bertakbirlah.” (HR. al Bukhari dan Muslim)
Dari sahabat Abu Humaid as-Sa’idi beliau berkata:
“Bila Rasulullah bangkit untuk melaksanakan shalat, beliau menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangannya dan mengucapkan, “Allahu Akbar.” (HR. Ibnu Majah no. 803)
Seorang yang melaksanakan shalat hendaknya mengarahkan pandangannya ke tempat sujud dan dilarang mengarahkan pandangannya ke langit. Rasulullah bersabda,
“Sungguh, hendaknya suatu kaum menghentikan perbuatan mereka mengarahkan pandangannya ke langit ketika shalat atau pandangan mereka tidak akan kembali (jika tidak berhenti).” Dalam riwayat lain, … “atau akan dihilangkan/dibutakan pandangan mereka.” (HR. Muslim no. 428 dan 429, dari sahabat Jabir bin Samurah z)
Catatan: Seorang yang melaksanakan shalat tidak boleh menoleh ke kanan dan ke kiri karena hal itu akan menghilangkan kekhusyukan. Rasulullah n bersada,
“Apabila kalian melaksanakan shalat, janganlah menoleh, karena sesungguhnya Allah menghadapkan Wajah-Nya ke wajah hamba-Nya di saat dia melaksanakan shalat selama ia tidak menoleh.” (HR. at-Tirmidzi no. 2863 dan al-Hakim dalam al-Mustadrak no. 1534)
Di antara doa yang biasa beliau baca adalah:
اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِيْ وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَقِّنِى مِنْ خَطَايَاىَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ اغْسِلْنِى مِنْ خَطَايَاىَ بِالْمَاءِ وَ الثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
“Ya Allah, jauhkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana baju putih yang dibersihkan dari kotoran. Ya Allah, sucikanlah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, es, dan embun.” (HR. al-Bukhari no. 711 dan Muslim no. 598, dari sahabat Abu Hurairah).
“Sami’allahu liman hamidah” bagi imam. Lalu imam dan makmum membaca الْحَمْدُ رَبَّنَا وَلَكَ
“Rabbana wa lakal hamdu”.
10.Bertakbir dengan mengangkat kepala, lalu duduk iftirasy (Tata caranya telapak kaki kiri dibentangkan dan diduduki, sedangkan kaki kanan ditegakkan sambil mengarahkan jari-jari ke arah kiblat) di antara dua sujud dengan meletakkan kedua tangan di atas kedua paha atau lutut, dan membaca اغْفِرْ لِيْ رَبِّ رَبِّ اغْفِرْ لِيْ “Rabbighfir li, rabbighfir li”
Rakaat kedua:
Tasyahud awal hukumnya adalah wajib. Beragam pula bacaan tasyahhud, di antaranya tasyahhud yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud z:
التَّحِيَّاتُ لِلهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
“Segala penghormatan hanya bagi Allah, (amalan) shalat dan kebaikan untuk-Nya, keselamatan atasmu wahai Nabi, keselamatan atas kami dan hamba-hamba Allah yang shalih, aku bersaksi tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya.” (HR. al-Bukhari no. 831 dan Muslim no. 402)
Rakaat ketiga dan keempat:
التَّحِيَّاتُ لِلهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
“Ya Allah, aku memohon perlindungan-Mu dari azab Jahannam, dari azab kubur, fitnah hidup dan mati, dan dari kejahatan fitnah al-Masih ad-Dajjal.” (HR. Muslim no. 588)
Lafazh salam juga beragam di antaranya:
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ
Allahu ta’ala a’lam bish shawab, semoga bermanfaat.
*Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak di bawah ini:
*Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak di bawah ini:
*Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak di bawah ini:
Belum ada komentar untuk Tata Cara Shalat (Edisi 08)